Konflik antara pemerintah dan
masyarakat seakan tidak pernah habis dari negeri tercinta ini,asap sudah hilang
dan seperti tidak ada habisnya permasalahan baruu mulai bermunculan.Tidak hanya
gerakan bali tolak reklamasi,rakyat banyuwangi juga
sedang gencar-gencarnya
melakukan penolakan penambangan emas di Tumpang Pitu.
Dikutip dari instagram
@bwiosingdidol
Didik,salah satu warga
pesanggaran,Banyuwangi menyebutkan,penolakan tambang karena imbas dari
penambangan tersebut mengganggu warga.”Bayangkan hutan lindung dirambah,”kata
Didik,Kamis(26/11/2015).Selain itu,gunung Tumpang Pitu ini menjadi pelindung
warga dari tiupan angin barat daya.Angin tersebut sangat kencang dan dapat meporak-porandakan
rumah warga.”Ada gunung itu saja,ketika ada angina barat daya bertiup genteng
rumah saja bisa terangkat.Apalagi kalau tidak ada gunung.
Dikutip dari tempo.co
Sekitar empat warga Kecamatan
Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, dikabarkan menjadi korban penembakan dalam
kerusuhan di area pertambangan emas milik PT Bumi Suksesindo. Kerusuhan itu
berlangsung sejak Rabu siang hingga Kamis dinihari, 26 November 2015, sekitar
pukul 03.00 WIB.
Kerusuhan terjadi setelah warga tidak puas dalam pertemuan dengan pihak PT Bumi Suksesindo, Kepolisian Resor Banyuwangi, dan pemerintah daerah setempat di Hotel Baru Indah, Rabu siang, 25 November 2015. Warga yang menginginkan pertambangan emas ditutup itu, langsung berunjuk rasa di kantor PT Bumi di Pulau Merah, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran.
Menurut Achmad, warga setempat, unjuk rasa tersebut kemudian berbuntut ricuh. Massa membakar sejumlah sepeda motor. Bentrok antara aparat keamanan dan warga pun terjadi. Pukul 16.00 WIB, satu pendemo kena tembakan di bagian telinga. Polisi kemudian menangkap dua warga.
“Situasinya mirip dengan perang,” kata Achmad kepada Tempo, Kamis pagi, 26 November 2015.
Kericuhan sempat berhenti. Namun pukul 20.00 WIB, ratusan warga kembali menyerang perkantoran PT Bumi Suksesindo. Salah satu aktivis lingkungan, Deva Risda, yang melihat penyerangan itu, bercerita, massa membakar alat berat, tempat penampungan solar, dan sejumlah rumah yang dipakai sebagai kantor oleh perusahaan tambang.
Bentrok antara warga dan aparat keamanan pun kembali terjadi. Sedikitnya ada tiga warga yang tertembak kemudian dilarikan ke Puskesmas Pesanggaran. Massa menduduki perkantoran PT Bumi hingga dinihari. Mereka membubarkan diri Kamis sekitar pukul 03.00, setelah dua warga yang ditangkap pada sore harinya dibebaskan polisi.
Hingga saat ini, Kepolisian Resor Banyuwangi belum memberikan penjelasan terkait dengan insiden tersebut.
Kerusuhan terjadi setelah warga tidak puas dalam pertemuan dengan pihak PT Bumi Suksesindo, Kepolisian Resor Banyuwangi, dan pemerintah daerah setempat di Hotel Baru Indah, Rabu siang, 25 November 2015. Warga yang menginginkan pertambangan emas ditutup itu, langsung berunjuk rasa di kantor PT Bumi di Pulau Merah, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran.
Menurut Achmad, warga setempat, unjuk rasa tersebut kemudian berbuntut ricuh. Massa membakar sejumlah sepeda motor. Bentrok antara aparat keamanan dan warga pun terjadi. Pukul 16.00 WIB, satu pendemo kena tembakan di bagian telinga. Polisi kemudian menangkap dua warga.
“Situasinya mirip dengan perang,” kata Achmad kepada Tempo, Kamis pagi, 26 November 2015.
Kericuhan sempat berhenti. Namun pukul 20.00 WIB, ratusan warga kembali menyerang perkantoran PT Bumi Suksesindo. Salah satu aktivis lingkungan, Deva Risda, yang melihat penyerangan itu, bercerita, massa membakar alat berat, tempat penampungan solar, dan sejumlah rumah yang dipakai sebagai kantor oleh perusahaan tambang.
Bentrok antara warga dan aparat keamanan pun kembali terjadi. Sedikitnya ada tiga warga yang tertembak kemudian dilarikan ke Puskesmas Pesanggaran. Massa menduduki perkantoran PT Bumi hingga dinihari. Mereka membubarkan diri Kamis sekitar pukul 03.00, setelah dua warga yang ditangkap pada sore harinya dibebaskan polisi.
Hingga saat ini, Kepolisian Resor Banyuwangi belum memberikan penjelasan terkait dengan insiden tersebut.
Bagaimana menurut kalian ?
dengan keadaan Indonesia yang seperti ini kapankan Indonesia akan maju?
Bayangkan saja masyarakat sekitar sudah memperjuangkan penolakan ini sejak
tahun 1997 dan permasalahan ini baru mencuat disaat ada kasus seperti
ini.Apakah pemerintah sengaja menutup-nutupi? Ataukah kita yang kurang update
informasi? Entahlah yang jelas sangat disayangkan sekali penolakan warga yang
bertujuan baik,yaitu untuk melindungi alam Indonesia kita tercinta ini disambut
dengan timah panas.Rakyat ditembaki,pemodal dilindungi ungkap jrx di akun
instagramnya @jrxsid,iya siapa sih yang tidak kenal sosok jrx? Seorang musisi
merangkap sebagai aktivis lingkungan yang sangat giat menyerukan gerakan Bali
tolak reklamasi.
Terakhir dari saya “Apabila
kita terus ditindas janganlah berdiam,satu kata LAWAN”
No comments:
Post a Comment