Indonesia merupakan rumah dari hutan hujan terluas di seluruh Asia, meski Indonesia terus
mengembangkan lahan-lahan tersebut untuk mengakomodasi populasinya yang semakin
meningkat serta pertumbuhan ekonominya.
Sekitar tujuh belas ribu pulau-pulau di Indonesia membentuk kepulauan yang membentang di dua
alam biogeografi - Indomalayan dan Australasian - dan tujuh wilayah biogeografi, serta
menyokong luar biasa banyaknya keanekaragaman dan penyebaran spesies. Dari sebanyak
3.305 spesies amfibi, burung, mamalia, dan reptil yang diketahui di Indonesia, sebesar 31,1 persen
masih ada dan 9,9 persen terancam. Indonesia merupakan rumah bagi setidaknya 29.375 spesies
tumbuhan vaskular, yang 59,6 persennya masih ada.
Penebangan Hutan
Saat ini, hanya kurang dari separuh Indonesia yang memiliki hutan, merepresentasikan
penurunan signifikan dari luasnya hutan pada awalnya. Antara 1990 dan 2005, negara ini telah
kehilangan lebih dari 28 juta hektar hutan, termasuk 21,7 persen hutan perawan. Penurunan
hutan-hutan primer yang kaya secara biologi ini adalah yang kedua di bawah Brazil pada masa
itu, dan sejak akhir 1990an, penggusuran hutan primer makin meningkat hingga 26 persen. Kini,
hutan-hutan Indonesia adalah beberapa hutan yang paling terancam di muka bumi.
Jumlah hutan-hutan di Indonesia sekarang ini makin turun dan banyak dihancurkan berkat
penebangan hutan, penambangan, perkebunan agrikultur dalam skala besar, kolonisasi, dan
aktivitas lain yang substansial, seperti memindahkan pertanian dan menebang kayu untuk
bahan bakar. Luas hutan hujan semakin menurun, mulai tahun 1960an ketika 82 persen luas
negara ditutupi oleh hutan hujan, menjadi 68 persen di tahun 1982, menjadi 53 persen di tahun
1995, dan 49 persen saat ini. Bahkan, banyak dari sisa-sisa hutan tersebut yang bisa
dikategorikan hutan yang telah ditebangi dan terdegradasi.
Efek dari berkurangnya hutan ini pun meluas, tampak pada aliran sungai yang tidak biasa, erosi
tanah, dan berkurangnya hasil dari produk-produk hutan.
Polusi dari pemutih khlorin yang
digunakan untuk memutihkan sisa-sisa dari tambang telah merusak sistem sungai dan hasil bumi
di sekitarnya, sementara perburuan ilegal telah menurunkan populasi dari beberapa spesies
yang mencolok, di antaranya orangutan (terancam), harimau Jawa dan Bali (punah), serta
badak Jawa dan Sumatera (hampir punah). Di pulau Irian Jaya, satu-satunya sungai es tropis
memang mulai menyurut akibat perubahan iklim, namun juga akibat lokal dari pertambangan dan
penggundulan hutan.
Penebangan kayu tropis dan ampasnya merupakan penyebab utama dari berkurangnya hutan di
negara itu. Indonesia adalah eksportir kayu tropis terbesar di dunia, menghasilkan hingga 5
milyar USD setiap tahunnya, dan lebih dari 48 juta hektar (55 persen dari sisa hutan di negara
tersebut) diperbolehkan untuk ditebang. Penebangan hutan di Indonesia telah memperkenalkan
beberapa daerah yang paling terpencil, dan terlarang, di dunia pada pembangunan. Setelah
berhasil menebangi banyak hutan di daerah yang tidak terlalu terpencil, perusahaan-perusahaan
kayu ini lantas memperluas praktek mereka ke pulau Kalimantan dan Irian Jaya, dimana
beberapa tahun terakhir ini banyak petak-petak hutan telah dihabisi dan perusahaan kayu harus
masuk semakin dalam ke daerah interior untuk mencari pohon yang cocok. Sebagai contoh, di
pertengahan 1990an, hanya sekitar 7 persen dari ijin penambangan berada di Irian Jaya, namun
saat ini lebih dari 20 persen ada di kawasan tersebut.
Di Indonesia, penebangan kayu secara legal mempengaruhi 700.000-850.000 hektar hutan setiap
tahunnya, namun penebangan hutan illegal yang telah menyebar meningkatkan secara drastis
keseluruhan daerah yang ditebang hingga 1,2-1,4 juta hektar, dan mungkin lebih tinggi - di tahun
2004, Menteri Lingkungan Hidup mengatakan bahwa 75 persen dari penebangan
hutan di Indonesia ilegal. Meskipun ada larangan resmi untuk mengekspor kayu dari Indonesia,
kayu tersebut biasanya diselundupkan ke Malaysia, Singapura, dan negara negara lain di Asia.
So ayo jaga hutan kita agar tetap lestari.
No comments:
Post a Comment